Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen perkotaan meliputi : pertama, pengembangan struktur finansial dan manajemen. Kedua, penyediaan perumahan perkotaan, pelayanan dam infrastruktur. Ketiga, pengembangan sistem informasi perkotaan. Keempat, penguatan peran sektor informal perkotaan. Kelima, penguatan kapasitas institusi perkotaan. (Sandra E Ward, 1993 : 7). Perumahan mempunyai peran dan kedudukan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kota. Sektor perumahan menjadi baigan yang tak terpisahkan dari komponen pembentuk utama kota yaitu wisma (perumahan dan permukiman), marga (jaringan jalan sebagai kerangka pembentuk kota), karya (lapangan pekerjaan), suka (sarana rekreasi), dan penyempurna (fasilitas umum dan fasilitas sosial).
Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan penyediaan sarana meliputi : pertama, perumahan dan infrastruktur intraurban (air bersih, listrik, sanitasi, pengelolaan sampah, dll). Kedua, Penciptaan lapangan kerja (kadang disebut investasi langsung). Ketiga, Penghubung permukiman (infrastruktur antar kota, seperti jalan raya, lereta api, sistem penerbangan). Dengan demikian permasalahan, strategi dan kebijakan perumahan mempunyai peran penting dalam perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian pertumbuhan kota.
Pengembangan rumah susun sewa menempati peran strategis dalam merespon kebutuhan perumahan dan permukiman di kota metropolitan yang mempunyai beban tekanan internal dan eksternal yang kuat. Pada saat ini dan masa yang akan datang mengingat keterbatasan lahan dan tuntutan mobilitas penduduk perkotaan yang semakin dinamis maka pengembangan rumah susun berlantai banyak diperlukan dalam menjaga keseimbangan kebutuhan perumahan dan permukiman.
Pengelolaan rumah susun memerlukan mekanisme yang sesuai dengan kebutuhan pembiayaan di lapangan. Mekanisme pembiayaan yang ada sekarang ini dengan sistem annual budget membentuk kesenjangan antara kebutuhan pembiayaan yang bersiklus pendek (kurang dari satu tahun) dengan ketersediaan anggaran siklus tahunan.
Sumber – sumber pembiayaan lain perlu dikembangkan dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Sumber tersebut diperlukan dalam pembangunan dan pengelolaan rumah susun. Lain itu, mekanisme subsidi perlu dikembangkan sehingga sesuai dengan keseimbangan permintaan (demand) dan pasokan (suply).
Rumah susun yang untuk MBR yang diarahkan ke social housing perlu didukung mekanisme pengaturan pada tingkat nasional maupun lokal (daerah) yang sesuai sehingga dapat mereduksi pengaruh pasar. Pengembangan rumah susun selain pada aspek teknologi, juga perlu dikembangkan pada aspek ekonomi. sosial hingga aspek legal.
Berikut adalah contoh-contoh proyek RUMAH SUSUN di JAKARTA
· RUSUN MARUNDA
· RUSUN ROROTAN
· RUSUN RAWA BEBEK
· RUSUN TAMBORA
· RUSUN PENGADEGAN
Sumber : Dinas Perumahan Provinsi DKI Jakarta
kuliah-PERENCANAAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
Filed under: architecture
Tidak ada komentar:
Posting Komentar